Rutinitas menghadapi anak sehari-hari dapat membuat beberapa orangtua merasa stress. Jika anda salah satu yang merasakan hal tersebut, jangan khawatir karena anda tidak sendiri. Tidak jarang, karena rasa stress ini para orangtua sering lepas kendali dan akhirnya berteriak dan memarahi anak-anaknya.
Ada beberpa hal yang harus disadari sebelum para orangtua memarahi anaknya. Menurut penelitian, kemarahan rutin orangtua dapat mengakibatkan kerusakan yang sangat nyata bagi jiwa anak. Anak yang sering mendapatkan ekspresi kemarahan dari orangtuanya cenderung kurang empati, lebih agresif dan lebih tertekan dibandingkan anak-anak dari keluarga yang lebih tenang. Kemarahan akan mempengaruhi kemampuan anak dalam beradaptasi dengan lingkungannya
Semakin muda seorang anak sering mendapatkan kemarahan, akan semakin besar dampaknya. Ketika anak masih kecil, baginya orangtuanya adalah segalanya, maka ketika orangtua marah, anak akan merasakan dunianya terguncang. Ketika ia sudah lebih dewasa, ia akan mempunyai banyak teman dan ada tempat untuk mengalihkan perhatiannya dari kemarahan orangtua, sehingga dampaknya dapat diminimalisasi.
Sebaliknya, jelaskan pada anak anda bahwa orang yang hidup bersama kadang akan merasa marah satu sama lain. Meminta maaflah pada anak anda, jelaskan bahwa anda dan pasangan anda masih tetap saling menyayangi. Jelaskan permasalahan sesingkat mungkin berserta penyelesaiannya. Misalnya ‘Ibu marah karena ayah kurang hati-hati ketika memasak, tapi ibu sudah minta maaf dengan ayah, seharusnya ibu tidak berteriak seperti itu. Lain kali, ibu akan mengingatkan ayah kalau sedang masak’.
Jika di lain waktu anda merasakan kemarahan pada pasangan anda, anda bisa meminta diri untuk pergi sejenak menenangkan pikiran. Atau anda bisa memberikan sinyal pada pasangan anda, bahwa anda akan mendiskusikannya nanti, di tempat lain tanpa kehadiran anak anda ketika anda sudah lebih tenang.
Kadangkala kemarahan juga melanda ketika anda berargumen dengan orang asing. Terutama jika berada di jalanan. Beberapa orang berteriak tidak sabaran dan kadang karena kurang kesabaran, anda membalasnya dan membuat anak anda ketakutan. Biasanya yang anda lakukan adalah meminta maaf pada anak anda, namun sebaiknya sebelum anda meminta maaf, anda jelaskan terlebih dahulu apa yang membuat anda marah. Kemudian setelah itu, anda meminta maaf dan bilang bahwa seharusnya anda tidak berteriak seperti itu dan sebaiknya anak anda juga nanti tidak begitu serta berjanjilah pada diri anda bahwa anda tidak akan melakukannya lagi.
Jika anda berada dalam situasi tersebut kembali, cobalah untuk mengeluarkan isi hati anda pada anak anda ketika orang asing mengganggu anda. Misalnya anda bisa mengucapkan ‘Wah! Orang itu kasar sekali, tapi mungkin dia sedang buru-buru atau dia nggak melihat ibu. Apapun alasannya, dia nggak akan bisa merusak kegembiraan ibu’. Dengan melakukan ini, anak anda akan melihat bagaimana cara anda mengendalikan kemarahan anda.


